Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Aku Yang Bermonolog

Tenggorokkanku tercekik. Jangan tanyakan mengapa, karena aku tak sanggup berbicara. Buat Seninku agar berjalan lebih cepat karena aku tak mau lagi mendengar celotehan masa lampau. Seakan aku yang salah. Aku mempunyai alasan mengapa tak bisa menghadirinya dan jangan tanyakan apa alasannya, karena aku tak bisa mengatakan secara runtut. Maaf, aku masih tidak berselera untuk menahan sakit di tenggorokkan yang akan semakin mencekik. Sangat sakit, tetapi tak bisa dikeluarkan. Tak mudah menemukan tempat untuk mengeluarkan semua ini. Membawa ke sana-ke sini. Sebuah cindera mata yang sudah dipersiapkan dari hari Senin. “Ke mana orang yang bisa mensenyumiku?” Katanya tanpa beralih. Tetap statis. Maaf, aku hanya bermonolog pada kotak yang masih bersamaku. “Mengapa kau menangis? Menangislah. Aku tak akan menahanmu. Biarkan perlahan tangisan itu melonggarkan tenggorokkanmu,” katanya. Sekali lagi, maaf, karena aku hanya bermonolog. “Kau lihat bungkusan di stoples itu? Am