Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Parade Para Monster: Berbeda Bukan Berarti Menakutkan

Judul Buku: Parade Para Monster Penulis: Eva Sri Rahayu Penerbit: Clover Tebal: 312 hal Menjadi berbeda terkadang bisa membahayakan diri sendiri. Seperti yang dialami oleh Wenna, di mana ia merahasiakan tentang perbedaannya kepada teman-temannya. Bagaimana tidak, hal-hal aneh yang ada di tubuh Wenna, bisa membuat teman-temannya tidak mau lagi dekat dengannya. Menghindari hal itu Wenna lebih memilih untuk menjaga jarak dari mereka. Kemampuannya yang bisa disebut sebagai monster ternyata membawanya pada dunianya. Hari Helloween menjadi hari di mana Wenna bisa mengekspresikan dirinya sebagai monster. Pada saat itu Wenna mendapatkan undangan ke Far-Far Away (sebuah tempat para monster berkumpul), Wenna akhirnya berangkat dengan Jack (sahabatnya yang juga memiliki kemampuan sema dengan Wenna). Dalam masa karantina menunggu datangnya festival Helloween. Banyak terjadi kecurigaan-kecurigaan yang dirasakan oleh Jack. Piter yang mendekati Wenna dan membuat Wenna jatuh hat

Ketika Kopi Menuntun Perbincangan Mengenai Kemunafikan

Photo by, Muhammad N.G Filosofi Kopi Espresso, Caffe latte, Lestari Aeropress Apa filosofi yang tepat ketika kopi ikut menuntun berbicara mengenai kemunafikan? Tak perlu dogma panjang untuk menjelaskan perihal kemunafikan. Mengapa begitu? Karena untuk munafik tak perlu memelajarinya. Judge saja orang lain munafik, lalu pikirkan siapa yang mencuap-cuapkan kemunafikan tetapi tidak tahu perihal ilmu dan agama dibandingkan dengan siapa yang memilih diam tetapi sebetulnya mencoba menelaah mengenai semesta. Sederhananya, semua itu mampu diterjemahkan lewat bagaimana dunia ini. Namun, memang membutuhkan kepekaan yang kuat agar mampu paham semua itu. Tak ada salahnya mencoba menengahi kasus yang muncul akhir-akhir ini mengenai penistaan agama. Lantas, jangan lalu menjadi alibi ketika sudah menemukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Tak perlu berbicara panjang, juga tak perlu berkoar-koar di dalam cyber —Toh bintang jatuh juga tahu siapa ksatrianya. Duduk saja diam. Pikirkan.

Coffee Time: Sebuah Rasa

Photo by, Prajna Farravita Kata apa yang tepat untuk menerjemahkan kompleksitas rasa? Bukan perasaan, tetapi rasa kopi. Bukankah keduanya juga berhubungan? Oh iya, memang keduanya berhubungan sangat erat. Pernah disinggung bahwa kopi perihal candu yang bikin rindu. Ya, rasa kopi memang mencandu dan merindukan. Merindukan pada momen tentunya. Rasa pada sebuah kopi tidak bisa terdeteksi tanpa ada perasaan. Perasaanlah yang mampu menerjemahkan rasa kopi. Terkadang perasaan juga mampu menerjemahkan rasa selain kopi. Rasa rindu. Bisa jadi rindu terhadap kenangan. Saat ini, yang kutahu hidupku berubah. Sebuah rasa yang dulu memang sudah berlalu, tetapi belum sepenuhnya hilang. Pada sebuah labirin itu aku berkutik mencari celah untuk keluar. Ya, aku memang bisa. Lalu, labirin itu kutinggalkan karena aku tidak mau menjadi konflik pada kebahagiaan orang yang pernah kusayangi. Sebuah rasa itu pertama kali kupunyai dan pertama kali pula membuatku kecewa. Aku jatuh sejatuh-jatuhnya tanp

Coffee Time: Sebuah Masa

Photo by, Prajna Farravita Membicarakan masa lalu? Tidak. Tidak begitu lalu. Mungkin. Masa lampau. Sebuah Kenangan? Cocok disuguhkan bersama secangkir kopi. Pahit. Tidak juga karena Penyeduh kopi dapat menyeduhkan kopi tanpa rasa pahit. Sebuah cerita masa lampau sering menjadi kenangan. Dan, kopi berperan menjadi ekskavasi yang akan tetap terasa baru. Perihal rindu? Tentu saja “Kopi ialah candu yang bikin rindu”. Aku peringatkan, hati-hati merindu. Kalau-kalau orang yang kau rindu tidak merindukanmu kau harus siap bertepuk tangan sendiri. Jangan buat hidupmu seperti drama karena kopi pun sangat realitas. Membicarakan kenangan. Tak ada salahnya pula menyimpan setiap momen pada sebuah jepretan foto. Jangan kaget dengan seluk beluk pandangan seorang fotografer. Setiap sisi pun bisa dibidik menjadi jepretan yang sederhana tetapi bercerita. Jangan hakimi pula ketika pecinta foto duduk diam memerhatikan setiap sisi objek karena objek itu menjadi menakjubkan. Bisa saja sikapnya dingi

(Tak Lagi) Terlalu Manis

Photo by, Muhammad N.G Bagaimana mungkin bisa terlelap, jika kenangan itu tiba tiba saja hadir .~ Berbicara mengenai kenangan. Ah , aku rindu kopi dan musik. Masa lalu. Satu percikan cerita meminta untuk dirangkaikan. Membuat masa-masa itu teringat. Biarlah, karena aku memang tak ingin melupakannya. Larut malam tapi sudah pagi, sudah pagi tapi masih terlalu malam. Entahlah, aku tetap ingin menuliskan apa yang aku ingat, karena itu 'Terlalu Manis.' Ini kali pertama aku menuliskan tentang ‘T erlalu M anis. ’ Siapa dia? Yang selalu melantunkan alunan gitar, petikan melodi tepatnya. Bercerita mengenai dirinya yang ditemani kopi. Lihai mengalunkan jarinya pada lembaran dan membentuk tipografi unik nun garang. Dan juga, pandai berprosa. Ah , bagaimana aku tak sempat jatuh hati waktu itu. Sayang, masa bodohnya selalu menutupi sikapnya yang sebenarnya seorang pengamat dan penghargai perasaan. Aku tahu, saat ini, pada malam seperti ini mungkin kau juga masih terjaga

Hitam Pekat

Hitam bukan berarti gelap Pahit bukan berarti suram Semuanya ada dalam hidup Memberi cerita dari setiap teguk Bukan hal klise untuk pencari keistimewaan Mencari makna di setiap sudut teguk cangkir Membuka kebahagiaan, menemukan sebuah jalan Bukan untuk menyusuri seperti air mengalir Bentuknya sederhana, tetapi mampu klasik Identik dengan masyarakat urban Manusia-manusia yang tak memahami menggunakannya sebagai gaya Menjadikan citra sosial menjadi meninggi Aku mencintainya, Melalui aroma pada awalnya Warna, rasa, hingga berjalan pada lidah Bertemu seni dan tibalah pada makna kehidupan Prajna Vita_ Jakarta, 13 Oktober 2015

Kopi! Kehidupan?

Photo by, Prajna Farravita "Kopi berasal dari buah bukan dari biji dan mengapa rasa pahit di dalamnya yang selalu menjadi perkara? Padahal, kopi akan meninggalkan rasa manis setelahnya. Melihat hal demikian, disadari atau tidak, bahwa kopi mengambil peran di dalam kehidupan." KEHIDUPAN di dunia ini tidak sepenuhnya selalu mulus. Banyak rasa pahit yang menjadi awal untuk mendapatkan kemanisannya. Sama seperti kopi, rasa pahit yang akan pertama kali menyentuh indra pencecap, tetapi rasakan setelahnya, rasa manis itu akan hadir. Jika kau tidak bisa menerima rasa pahit di dalam kopi, bagaimana bisa kau menerima pahitnya hidup. Para peminum kopi menyukai minuman hitam pekat itu karena rasa pahitnya. Mungkin bagi orang yang belum menemukan karakteristik rasa di dalam kopi hanya akan menemukan rasa pahit saja. Namun, berbeda dengan mereka yang sudah berkecimpung di dunia kopi. Banyak rasa yang mereka cari untuk menemukan karakteristiknya. Mereka menikmatinya, karena mere

Cairan Hitam Pekat

Hitam bukan berarti gelap Pahit bukan berarti suram Semuanya ada dalam hidup Memberi cerita dari setiap teguk . Bukan hal klise untuk mencari keistimewaan Mencari makna di setia sudut teguk cangkir Membuka kebahagiaan, menemukan sebuah jalan Bukan untuk menyusuri seperti air mengalir . Bentuk sederhana, tetapi mampu klasik Identik dengan masyarakat urban Manusia-manusia menggunakannya sebagai gaya Menjadikan citra sosial semakin meninggi . Aku mencintaimu, Bukan rasa pada awalnya Bukan makna pada awalnya Namun, warna, hingga berjalan pada lidah Bertemu seni dan tibalah pada makna kehidupan . Aku mencintaimu, Aroma dan rasa cairan hitam pekat itu Yang tenang di atas cangkir-cangkir unik Prajna Vita_ Jakarta, 13 Oktober 2015 *Dari kopi tanpa ditemani kopi tags: #Literasi #Poem #CoffeeLiterary #CoffeeStory #StoryAboutCoffee #BlackCoffee

Berikan Aku Kopi Agar Aku Bisa Statis, Tetapi Tetap Dinamis

Photo by, Muhammad N.G Temani aku ketika senja dengan secangkir kopi hitam, karena aku tahu dari mulai rasa apa yang ingin aku ceritakan. BANGUNKAN aku subuh agar aku terus menanti senja. Tidurkan aku siang agar aku berteman dengan malam. Mengingatkanku pada waktu yang kian cepat berlalu dan penyesalanku karena peluang lepas begitu saja dari genggaman. Ini bukan soal cinta, ini soal kehidupan. Mengarah pada kopi, karena bagiku kopi berperan di dalam kehidupan. Sejatinya, kafein membuat daya otak berpikir lebih cepat. Benar, kekurangan kafein membuatku tidak bisa memikirkan langkah untuk sebuah tujuan. Waktuku berlalu tanpa tujuan dan peluang hilang dari genggaman. Aku merindukan kopi, dimana aku bisa memikirkan banyak hal dalam satu langkah untuk beberapa tujuan. Aku tahu pencapaiannya tidak selalu berjalan mulus. Namun, setidaknya aku masih berpikir untuk menyusun rencana yang aku harus siap dengan kegagalan pada salah satunya. Dekatkan aku dengan kopi agar aku tetap

Kembalilah Meskipun Hanya dengan Satu Kata

“Kopi menjadi salah satu sajian lengkap setiap hari. Aku tak pernah menyalahkan mereka yang sudah tidak bisa lepas dari cairan hitam pekat itu.” KOPI selalu mengingat dan menyajikan semua cerita hidup yang kompleks, memberikan rasa berbeda, mampu membangkitkan kerja keras otak untuk berpikir. Kopi itu tidak tumbuh di sembarang tempat, kopi itu dihasilkan dari buah bukan biji, kopi itu mempunyai warna yang sederhana namun elegan, kopi itu mempunyai aroma yang menggugah selera, kopi itu mempunyai perpaduan rasa pahit dan manis, kopi itu mempunyai nilai seni yang tinggi, dan kopi itu mempunyai filosofi dari setiap jenisnya. “Kopi itu penuh cinta”. Mungkin satu kata tanpa suara yang kemudian berakhir menjadi satu kata indah. Seiring dengan semua cerita kopi yang sudah merasukiku, pada waktu inilah penyadur kopi terhebat dalam hidupku menghilang. Menghilang semuanya, tulisan, cerita keseharian, hobi, kebiasaan, dan pengalamannya. Aku merindukan cerita tentang kopimu, aku merind

Sederhananya Kopi dalam Menutup Pertemuan

Photo by. Nanda Adita BERADA di titik jenuh membuatku tidak tahu dari mana menyelesaikan pekerjaan. Padahal, aku ingin menuntaskan semua tugas satu persatu agar menyisahkan waktu untuk berleha-leha. Namun, titik jenuh itu tidak bisa aku hindari. Rasa rindu dengan hal-hal yang dulu aku lakukan kembali menyesakkan. Rasa kangen kepada banyak orang belum mampu terobati, karena, ungkapan masih belum menghilangkan rasa yang bisa membuat seseorang tidak bisa bergerak di dalam ruang kedap suara. Mengatasi titik jenuh pada waktu-waktu kesibukan menikam, bercerita pada satu orang saja tentu tidak cukup. Teman menjadi obat rindu dan kangen dengan beragam kisah masing-masing. Semuanya meluap setelah satu bulan setengah tidak bertemu karena kesibukan di tempat dan waktu berbeda. Aku membawa mereka pada tempat baru, pada suasana baru, pada pandangan baru, pada cerita baru, pada pembahasan baru, dan pada rasa yang baru. Kopi, menjadi satu hal sederhana untuk menutup pertemuan kami yang jug

Kopi Menyambutku Pada Gerbang Kedewasaan

http://ottencoffee.co.id AKU beruntung mengenal kopi. Pada usia 20 tahun ini, di mana aku harus memikirkan banyak hal untuk diriku sendiri dan keluarga. Memikirkan masa depan yang lebih bermanfaat karena masa labilku telah berakhir. Ketika sudah berkepala dua ini harus lebih membuka pikiranku karena aku hidup tidak jauh dari orang-orang yang sayang padaku. Memasuki gerbang kedewasaan ini ternyata kopi dapat membuka pikiranku lebih baik. Aku juga merasa beruntung dipertemukan dengan orang-orang yang lebih banyak terlibat di dunia kopi. Selain kopi bisa diibaratkan seperti kehidupan, kopi juga sebuah perjalanan. Perjalalanan itu mempunyai banyak rasa, termasuk rasa pahit yang akan meninggalkan manis alami. Rasa manis itu datangnya di akhir, maka untuk mendapatkannya harus melalui sebuah perjalanan yang memang cukup membutuhkan waktu. Namun, hasil yang didapatkannya pun jangan ditanya lagi. Patut disyukuri. Perjalanan penyeduhan kopi yaitu menunggu tetes demi tetes jika mengguna

Aku Mau Kamu

Jika kau kopi, maka kopi apakah kamu? Cappucino ? Cold brew? Americano? Long black? Machiato? Latte ? Atau tubruk? Aku mau jangan terlalu manis Biarkan pahit itu mengalir dan manis alami tiba di akhir Namun, aku tidak hanya ingin kopi-kopi itu Karena aku juga ingin kamu ~Jakarta, 19 Desember 2015~ 13.34

Ketulusan Akan Menemukan Semua Hal Yang Kau Sukai

‘Aku ingin berpacaran dengan seseorang yang mengetahui hal yang aku suka tanpa perlu kuberitahu’ Kau berhak iri, karena Dilan yang bisa begitu terhadap Milea. Begitu tulus, bukan? Berusaha mencari apa kesukaannya mampu menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih tinggi dan semakin menumbuhkan rasa cinta. Namun, langkah itu tidak hanya untuk makhluk ciptaan Tuhan bernama manusia saja. Aku ingin mengibaratkan dengan kopi. Awalnya aku hanya mengenal kopi ialah sebatas cairan hitam pekat yang pahit. Aku mengenal dengan berbagai paduan rasa yang dikemas menjadi kopi sachet seperti di warung-warung. Aku ingin mengenalnya dan aku ingin tahu lebih jauh karena pecintanya selalu mengatakan bahwa kopi itu istimewa. ‘Katanya’ kopi tidak baik untuk tubuh. Namun, mengapa justru menjadi minuman yang mampu meningkatkan pemikiran secara dinamis –Bergerak perlahan--. Menakjubkan. Aku yang mengenal betul dunia seni, dunia industri kreatif, tak pernah luput melihat para seniman-seniman itu menyele

Apa Akan Selalu Menjadi Sebuah Perkara?

"Aku tahu, bahwa setiap hal pasti ada perkara. Bukan berpandangan negatif saja. Tidak semua perkara diartikan sebagai masalah." Pada pernyataan ini, aku selalu tertuju pada kopi. Bukan selalu, tetapi langsung. Banyak perkara yang timbul mengenai cairan istimewa itu. Mulai dari sudut pandang orang awam hingga penikmat yang hanya menikmati saja tanpa tahu apa yang ia minum. Katanya, cairan hitam pekat yang meracun. Meracuni tubuh karena mambuat peminumnya menjadi terjaga. Meracuni tubuh karena kandungan kafeina yang tinggi. Membuat candu katanya menjadi sebuah perkara besar. "Kopi itu candu yang bikin rindu" Setiap kali mendengar sebuah pernyataan gencar mengenai kopi yang merupakan perkara negatif bagi tubuh membuatku ingin mengeluarkan pernyataan fakta tentang kopi. Mungkin bisa dijelaskan seperti ini: Kopi memang menjadi sebuah perkara bagi orang awam, tetapi bagiku semua perkara itu positif. Pecinta kopi dan penikmat kopi tak akan pernah bilang

Bantu Aku Menemukan Kekhasannya

Aku mengakui bahwa aku masih terlalu amatir mengenal kopi. Hanya kopi tubruk dan kopi siap saji yang menemaniku selama ini. Dengan terus menerus seperti itu membuatku tidak pernah berkembang mengenal kopi. Padahal, bagiku kopi ialah minuman yang mempunyai banyak cerita. Cerita dari setiap kopi nusantara merupakan salah satu kebenggaan untuk Indonesia. Kekayaan kopi di tanah air menghasilkan banyak jenis kopi yang berkualitas. Pecinta kopi seharusnya mempunyai kemampuan membedakan yang berpatokan dengan rasa dan aroma. Ketika pecinta kopi mampu mempunyai kemampuan tersebut bisa dikatakan bahwa ia merupakan pecinta kopi sejati. Aku tak mau disebut sebagai pecinta kopi pembuntut. Menyukai kopi karena suatu alasan yang bukan dari jiwa. Aku ingin mengenal banyak tentang kopi. Namun, untuk mendapatkan kemampuan membedakan kekhasannya pun masih belum bisa. Aku tahu, kemampuan tersebut dilatih dengan indra pencium dan perasa. Dengan aroma dan cita rasanya akan bisa menemukan perbedaannya

Kisahku Terkena Bercak Hitam

“Kopiku tumpah, membasahi semua lembar catatanku” Kopi endapan yang sejak pagi aku sandingkan di meja kerja belum juga habis hingga senja ini. Ditemani secangkir kopi hitam dari tanah lahat membuatku mengingat mimpi tidur siang tadi. Aku tidak tahu bagaimana kronologi tepatnya. Aku teringat sedikit, sebelumnya, entah aku melihat atau aku merasakan ada kehadiran Sang Barista itu. Jauh sekali, amat jauh sekali aku bisa melihat dan merasakannya. Aku sendiri. Aku merasakan bahwa diriku hanya berdiri sendiri. Kemudian aku duduk pada sebuah kursi dan di meja itu terdapat buku catatan keseharianku terbuka yang didampingi dengan pena dan secangkir kopi. Dari tempatku berada aku masih mampu merasakan keberadaannya jauh di sana. Melihatnya, dan entah aku menulis sesuatu pada buku itu atau tidak. Lalu, dengan tiba-tiba cangkir itu terguling dan mengeluarkan semua isinya. Menyiram semua lembar catatanku hingga menimbulkan bercak hitam yang tidak akan pernah hilang. Refleks aku berdiri da