Langsung ke konten utama

Evolusi Kesadaran dalam Terkuaknya Supernova

Photo by. Prajna Farravita

Judul : Intelegensi Embun Pagi
Penulis : Dee Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Februari 2016 (cetakan pertama)
Tebal : 705 halaman 
No. ISBN : 978-602-291-131-9
Harga : Rp 94.400,-


“Bintang Jatuh, Akar, Petir, Partikel, Gelombang, dan Intelegensi Embun Pagi.
Perjalanan melintasi dimensi menjadi langkah dalam nenemukan misi yang telah direncanakan sebelum mereka lahir”.


RUPANYA evolusi kesadaran menjadi topik penting dalam mengetahui untuk apa seseorang dilahirkan. Kesadaran menjadi kunci memecahkan amnesia dan salah satu cara untuk mencapai tujuan. Mencari jawaban dalam setiap pertanyaan merupakan proses kesadaran itu terungkap. Kemampuan aneh setiap tokoh ialah jawaban dari pertanyaan mereka. Pernyataan kompleks yang dihadapi setiap tokoh dapat mempertemukan mereka. Satu gugus dengan enam peretas bersatu untuk membuka portal Asko yang akan menunjukkan rumah mereka sebenarnya.

Fakta demi fakta terungkap dan pertanyaan demi pertanyaan terjawab. Enam Peretas mampu menghadapi perlawanan dengan gugus Infiltran. Di samping itu, penghianatan Bintang Jatuh karena jebakan juga terungkap. Batu demi batu yang dimiliki setiap Peretas telah menemukan jawabannya. Intelegensi Embun Pagi. Satu batu yang menghubungkan mereka untuk membuka gerbang portal melalui kekuatan masing-masing Peretas. Meskipun kerjasama mereka membunuh Peretas Mimpi (Alfa), tetapi gelombang tetap bersama mereka.

Setelah semua tujuan sudah selesai, hidup mereka tak akan pernah sama. Petualangan menembus dimensi demi dimensi menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus perjuangan. Kesadaran mereka telah kembali, mereka tak lagi amnesia, dan mereka sudah tahu siapa diri masing-masing. Semuanya meninggalkan orang-orang penting dalam hidup mereka dan menjalani kehidupan yang memang seharusnya untuk mereka.

Misi telah selesai dan tugas Bintang Jatuh telah usai. Infiltran, Sarvara, dan Peretas menjadi topik kelanjutan fiksi Supernova yang ditulis oleh Dimas dan Reuben. Semua informasi tersebut telah didapatkannya dari perpustakaan sainsnya. Kini, Supernova bukan hanya sekadar karya masterpieces pasangan gay tersebut, tetapi juga misi dari suatu dimensi yang telah usai.

Secara keseluruhan, karya fiksi ini melibatkan dunia sains. Melibatkan kompleksitas sains dalam sebuah karya fiksi, membuat Supernova bukan hanya sebuah jaring laba-laba, tetap jaring di atas jaring. Pertanyaan dari setiap seri terjawab di dalam Intelegensi Embun Bagi. Di sini, sangkut paut antara imajinasi dengan realitas terlihat menarik. Bahwa, mencapai tujuan merupakan salah satu alasan mengapa manusia diciptakan.[]Prav



Prajna Vita_


Jakarta, 30 April 2016

tags: #Supernova #IEP #DeeLestari #BentangPustaka #Indonesia 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Salah Masuk Labirin

LEPASKAN rasa ini dan fokus pada tujuanku. Hilangkan rasa ini dan anggap seperti kau dan aku teman. Aku berusaha sewajarnya, tetapi kau memancingku dengan semua yang aku suka. Musik, gambar, typografi, photo, dan coffee . Lebih jauh mengenalmu membuatku takut. Aku takut kehilanganmu sebagai teman diskusi, sebagai teman yang membantuku untuk melatih kemampuanku mengenal kopi. Kemampuan membuat lidah lebih peka dengan citarasa kopi dan kemampuan untuk kembali menulis. [Jkt, 25/10’15 : 21.08] Aku merasa yang aku alami selama ini ialah sebuah mimpi. Semua hal-hal menakjubkan datang begitu saja. Semua ini berpengaruh positif pada diriku. Ketika berimajinasi mengenai kisah ajaib, aku menanyakan pada diri sendiri. Apakah aku sedang koma? Lalu, hal-hal yang terjadi selama ini ialah mimpi di dalam komaku. Jika, ya, aku yakin akan menyesal ketika sadar. Namun, jika aku ditakdirkan untuk bangun lagi, aku pasti akan mengingat kisah mengesankan itu dan akan mempunyai semangat hidup yang l

Bayang Sirna

Photo by, Prajna Vita Rasanya, kali ini tak ingin waktu cepat berlalu Ketika momen berharga yang dulu belum tampak, kini mulai terasa Hanya satu langkah tersisa keluar Tak ada satu kata tertinggal yang terucap Mungkin jauh di sana puisi pun merangkai Dari tangan sang penyair yang haus akan kata Dari seorang mata penyair yang akan menyimpan kenang Di sebuah sudut ruang, matanya bergeming menatap kosong Berpaling pada wajah-wajah penyimpan sedih Pada sebuah lembar tersimpan kenang sedih yang tak ingin dibuka kembali Mungkin akan usang bersama waktu Atau, mungkin akan melebur bersama kenang yang baru Bisakah tinggalkan kenang tanpa rindu? Agar tak lari menghilang dari sendu Tinggalkan jejak di pojok kiri atas Mungkin saja bisa ditemukan kembali di sela-sela kenang lama Berharap kembali dalam bayang nyata bukan dalam bayang sirna Prajna Vita Jakarta, 26 Juli 2018

Judulnya Merayu Awan

BAGAIMANA bisa meminta senja sedangkan siang masih terik? Masih mending menyemogakan jangan turunkan hujan ketika awan sudah mulai menggelap.--Harapan itu masih bisa terjadi, tetapi mengharuskan waktu terjadi itu tidak bisa seenaknya. Bagaimana bisa meminta segera datang senja kemudian meminta hujan? Masih mending menunggu sore dan berharap hujan.--Meminta itu sah-sah saja, tetapi juga tidak bisa seenaknya. Bisa aku merayu awan? Agar siang datang hujan dan sore tetap memancarkan senjanya? Mungkin bisa tetapi jangan memegang harapan besar jika tak ingin kecewa . Waktu itu berjalan pasti dan perwujudan harapan itu misteri. Lebih baik tak pernah memegang harapan agar mendapat hasil yang tak terhingga. Agar tak pernah merasakan kecewa, agar tak menyesal, dan agar tak dibelenggu rasa takut. Susutkan harapan itu sekecil-kecilnya, lalu simpan di hati yang paling dalam, tancapkan pada titik kalbu yang paling beku, dan kunci rapat-rapat, lalu buang kuncinya jauh-jauh atau ha