Langsung ke konten utama

Judulnya Merayu Awan


BAGAIMANA bisa meminta senja sedangkan siang masih terik? Masih mending menyemogakan jangan turunkan hujan ketika awan sudah mulai menggelap.--Harapan itu masih bisa terjadi, tetapi mengharuskan waktu terjadi itu tidak bisa seenaknya.

Bagaimana bisa meminta segera datang senja kemudian meminta hujan? Masih mending menunggu sore dan berharap hujan.--Meminta itu sah-sah saja, tetapi juga tidak bisa seenaknya.

Bisa aku merayu awan? Agar siang datang hujan dan sore tetap memancarkan senjanya? Mungkin bisa tetapi jangan memegang harapan besar jika tak ingin kecewa.

Waktu itu berjalan pasti dan perwujudan harapan itu misteri. Lebih baik tak pernah memegang harapan agar mendapat hasil yang tak terhingga. Agar tak pernah merasakan kecewa, agar tak menyesal, dan agar tak dibelenggu rasa takut.

Susutkan harapan itu sekecil-kecilnya, lalu simpan di hati yang paling dalam, tancapkan pada titik kalbu yang paling beku, dan kunci rapat-rapat, lalu buang kuncinya jauh-jauh atau hanyutkan atau bahkan tenggelamkan. Tak lagi mau tahu siapa yang akan menemukannya nanti. Mungkin tak pernah lagi ditemukan, entahlah, itu pun kehendak-Nya.

Biarlah berbagai macam rasa membelenggu perasaan hingga waktu yang telah ditentukan. Sampai kapan waktu yang ditentukan itu? Entahlah!

-0o0-

Biarlah aku berteman dengan senja agar aku bisa merayu awan agar tidak turun hujan dan lembayung bertahan lebih lama.

Biarlah aku berteman dengan senja agar aku menunggu bagaimana gempita malam. Gelap tapi tak menakutkan, hitam tapi bercahaya, sunyi tapi terdengar bisikan riuh yang halus.

Kurayu awan senja agar tak turun hujan. Bukan aku ingin pulang, justru aku tak ingin pulang. Menanti ditemani angin sore yang terkadang membisikkan cerita lucu atau kenangan menghibur, yang penting jangan sampai ada angan-angan kosong.

Kurayu awan senja agar tahu bahwa esok akan datang kembali dan hadir senja-senja lain. Senja yang lebih indah, senja yang lebih berkesan, dan senja yang tak pernah berakhir.

Kurayu awan senja agar terus pancarkan lembayung sampai malam menjemput. Kemudian kutatap semesta agar aku tahu bahwa Kau tak pernah ingin tahu tentangku tapi Kau mengetahui semua tentangku.

Biarkan waktu menjalankan skenario takdir.


Waktu dikejar
Waktu menunggu
Waktu berlari
Waktu bersembunyi
Biarkan aku (menyayangimu) mencintaimu
Dan biarkan waktu menguji

~ Andrea Hirata




Prajna Vita_
Jakarta, 19 Juni 2016

13.27

Komentar

  1. Puitis banget kata-katanya prajna bahkan awan pun dirayu. he..he..he..he. Salam kenal.

    BalasHapus
  2. Mendadak melankolis waktu itu, jadi awan pun aku rayu, hahaha., salam kenal juga

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Salah Masuk Labirin

LEPASKAN rasa ini dan fokus pada tujuanku. Hilangkan rasa ini dan anggap seperti kau dan aku teman. Aku berusaha sewajarnya, tetapi kau memancingku dengan semua yang aku suka. Musik, gambar, typografi, photo, dan coffee . Lebih jauh mengenalmu membuatku takut. Aku takut kehilanganmu sebagai teman diskusi, sebagai teman yang membantuku untuk melatih kemampuanku mengenal kopi. Kemampuan membuat lidah lebih peka dengan citarasa kopi dan kemampuan untuk kembali menulis. [Jkt, 25/10’15 : 21.08] Aku merasa yang aku alami selama ini ialah sebuah mimpi. Semua hal-hal menakjubkan datang begitu saja. Semua ini berpengaruh positif pada diriku. Ketika berimajinasi mengenai kisah ajaib, aku menanyakan pada diri sendiri. Apakah aku sedang koma? Lalu, hal-hal yang terjadi selama ini ialah mimpi di dalam komaku. Jika, ya, aku yakin akan menyesal ketika sadar. Namun, jika aku ditakdirkan untuk bangun lagi, aku pasti akan mengingat kisah mengesankan itu dan akan mempunyai semangat hidup yang l

Bayang Sirna

Photo by, Prajna Vita Rasanya, kali ini tak ingin waktu cepat berlalu Ketika momen berharga yang dulu belum tampak, kini mulai terasa Hanya satu langkah tersisa keluar Tak ada satu kata tertinggal yang terucap Mungkin jauh di sana puisi pun merangkai Dari tangan sang penyair yang haus akan kata Dari seorang mata penyair yang akan menyimpan kenang Di sebuah sudut ruang, matanya bergeming menatap kosong Berpaling pada wajah-wajah penyimpan sedih Pada sebuah lembar tersimpan kenang sedih yang tak ingin dibuka kembali Mungkin akan usang bersama waktu Atau, mungkin akan melebur bersama kenang yang baru Bisakah tinggalkan kenang tanpa rindu? Agar tak lari menghilang dari sendu Tinggalkan jejak di pojok kiri atas Mungkin saja bisa ditemukan kembali di sela-sela kenang lama Berharap kembali dalam bayang nyata bukan dalam bayang sirna Prajna Vita Jakarta, 26 Juli 2018