Langsung ke konten utama

Review: Ayat-Ayat Cinta 2, Mendobrak Film Horor Akhir Tahun 2017


Judul Film: Ayat-Ayat Cinta 2
Sutradara: Guntur Soeharjanto
Produser: Manoj Punjabi
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Pemeran: Fedi Nuril, Dewi Sandra, Tatjana Saphira, Pandji Pragiwaksono, Chelsea Islan, Arie Untung, Mathias Muchus, Nur Fazura.
Produksi: MD Picture
Tanggal Rilis: 21 Desember 2017


Setelah Indonesia diramaikan dengan film horor, Pengabdi Setan dan Mata Batin, penggiat film berani membantingnya dengan drama islamic, Ayat-Ayat Cinta 2.

Beredarnya isu dunia sekarang ini, yaitu kericuhan Israel dengan Palestina membuat kemunculan film Ayat-Ayat Cinta 2 mengingatkan kembali kepada penikmat film akan korban-korban Palestina. Pada Ayat-Ayat Cinta 1 lebih menekankan perjuangan Fahri di tanah rantau, Mesir, untuk menyelesaikan pendidikannya di Al-Azhar. Ayat-Ayat Cinta 2 ini lebih menunjukkan sikap kemanusiaan Fahri terhadap sesama manusia, entah itu Islam, Nasrani, ataupun Yahudi. Kemunculan film ini dibilang pas, karena kericuhan di Palestina masih kembali terjadi.

Fahri menunjukkan bahwa Islam bukan hanya soal teori keyakinan, tetapi juga realisasinya. Hal itu ditunjukkan pada dua sence, yaitu ketika Fahri berteori tentang Islam di kelas dan ketika menolong Nenek Catarine terhadap tindakan kejam anak tirinya yang seorang tentara Nazi. Hal itu makin kuat ketika adegan nenek Caterine mengatakan persaksiannya pada debat intelektual antara Fahri dengan Buruch--anak tirinya.

“Yang pantas dicintai ialah cinta itu sendiri dan yang patut dibenci ialah kebencian itu sendiri”
Selain, menampilkan mengenai pemikiran Islam dan Yahudi, kebimbangan Fahri mengenai pernikahannya juga tetap ada. Aisyah yang hilang di Palestina membuatnya terpukul karena Aisyah tidak kembali lagi. Fahri terus menunggu, tetapi kepatuhannya kepada Allah, ia harus menyempurnakan ibadahnya dengan menikah. Akhirnya, ia menikah dengan sepupu Aisyah, Hulya. Konflik Fahri juga tidak jauh-jauh dari kebimbangannya untuk Poligami.

Di lain pihak, adanya wanita yang hebat memainkan biola, menambah Ayat-Ayat Cinta 2 ini makin menarik. Perpaduan drama, pandangan intelektual, kritisisasi mengenai agama, serta kreativitas terhadap musik, membuat Ayat-Ayat Cinta 2 berbeda. Bisa dibilang tidak kaku-kaku amat. Selain itu, adanya dua pemain komedi, Ari Untung sebagai Misbah dan Panji sebagai Paman Hulusi, membuat drama romantis Islam ini dibumbui dengan komedi.

Di film kedua ini, sosok Fahri juga tidak begitu kaku dibandingkan dengan film pertamanya. Terlihat dari beberapa adegan-adegan salah tingkahnya terhadap ketertarikannya kepada Hulya. Dari sikap salah tingkahnya itulah mampu menambah bumbu komedi ringan.


Konflik demi konflik sangat menegangkan tetapi tidak begitu berat. Unsur Islam yang disajikan juga sangat menarik. Namun, ada satu yang menjadi kontrofersi, yaitu transplantasi wajah menurut Islam sendiri. Adanya adegan ini membuat Ayat-Ayat Cinta 2 menjadi perbincangan serius di dalam bidang Islam. Meskipun di dalam novelnya, transplantasi sedikit dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu dari kedokteran dan Islam, tetapi penikmat yang hanya menonton tentu saja menerka-nerka mencari kebenaran. Dan untuk mendapatkan penjelasannya, bisa membaca novelnya dan mencari referensi lain. :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coffee Time: Sebuah Rasa

Photo by, Prajna Farravita Kata apa yang tepat untuk menerjemahkan kompleksitas rasa? Bukan perasaan, tetapi rasa kopi. Bukankah keduanya juga berhubungan? Oh iya, memang keduanya berhubungan sangat erat. Pernah disinggung bahwa kopi perihal candu yang bikin rindu. Ya, rasa kopi memang mencandu dan merindukan. Merindukan pada momen tentunya. Rasa pada sebuah kopi tidak bisa terdeteksi tanpa ada perasaan. Perasaanlah yang mampu menerjemahkan rasa kopi. Terkadang perasaan juga mampu menerjemahkan rasa selain kopi. Rasa rindu. Bisa jadi rindu terhadap kenangan. Saat ini, yang kutahu hidupku berubah. Sebuah rasa yang dulu memang sudah berlalu, tetapi belum sepenuhnya hilang. Pada sebuah labirin itu aku berkutik mencari celah untuk keluar. Ya, aku memang bisa. Lalu, labirin itu kutinggalkan karena aku tidak mau menjadi konflik pada kebahagiaan orang yang pernah kusayangi. Sebuah rasa itu pertama kali kupunyai dan pertama kali pula membuatku kecewa. Aku jatuh sejatuh-jatuhnya tanp

Tidak Mempunyai Rencana Menetap di Satu Kota, Sewa Rumah Menjadi Pilihan

Anda seorang profesional muda? Pasti masih menginginkan pengembangkan kemampuan yang lebih tinggi lagi. Perpindahan dari satu kota ke kota lain kerap terbesit. Mencari pengalaman ke daerah lain memang cara terbaik agar mendapat apa yang diinginkan. Apalagi untuk seseorang yang harus berpindah ke luar negeri untuk melanjutkan studi atau bekerja. Perlu diketahui juga, bahwa berpindah dari satu kota ke kota lain atau dari satu negara ke negara lain bukan hanya mendapatkan pengalaman, tetapi menemukan beragam kehidupan lain. Apabila Anda mempunyai perencanaan seperti itu, lalu bagaimana Anda tinggal di daerah pilihan Anda? Tidak dipungkiri, setiap orang menginginkan tempat tinggal tetap untuk masa depan. Perencanaan tersebut merupakan salah satu nilai kemapanan dalam kehidupan mendatang. Namun, jika Anda seorang profesional muda dan tidak berencana menetap di suatu daerah serta menginginkan pengalaman yang terus baru, pasti tidak mempunyai perencanaan matang untuk investasi berupa ruma

Berbisik pada Bumi Agar Didengar Oleh Langit

Aku tidak tahu mengapa aku ingin membisikkan pada bumi agar didengar oleh langit.   Mungkin, pada hari itu aku sedikit takut membicarakan langsung pada langit. Maka, kubisikkan ke bumi terlebih dahulu, agar langit tahu perlahan. Aku tidak ingin kebahagiaan ini aku rasakan sendiri. Aku ingin berterima kasih pada-Nya melalui celah-celah indra yang kurasakan ketika aku mengingat-Nya. Melalui hujan yang menyapa bumi, aku bisikkan pada titik air hujan yang menempel pada kaca agar disampaikan ke bumi. Bahwa, aku di sini, yang terus meminta, agar aku menjadi orang yang dicari oleh orang yang aku cari. Pada tanggal satu yang dikuti empat, pada dua belas bulan dalam setahun berhenti di angka dua, pada tahun dua kosong satu enam, dan pada waktu sepertiga malam, tulisan itu mengalir pada senja, pukul tujuh belas di menit ke lima, satu prosa mengalir saat ditemani sapaan langit terhadap bumi.  Aku telah menemukan hamba-Nya yang membuatku lebih dekat dengan-Nya, hamba-Nya yang menyadarka