Photo: Prajna Vita |
MASA kecilku, aku selalu menunggu
kepulanganmu. Bukan untuk menuntut sesuatu, tetapi sekadar ingin melihatmu,
cukup, itu saja. Kala itu, aku tidak tahu apa yang kau lakukan di luar sana,
yang aku tahu, kau pulang dan tersenyum ketika sudah melihatku, terkadang
menciumku dan aku hanya menggeliat geli. Momen itulah yang selalu aku rindukan,
di mana otot-otot lenganmu belum terlihat dan kulit tanganmu belum mengeriput.
Sekarang, kadang aku lalai menunggu
kepulanganmu hanya karena perkara kesibukan dalam duniaku saja. Aku tahu apa
yang kau kerjakan di luar sana. Menghadapi ribuan manusia dengan jalanan ibu
kota. Bersahabat dengan gumpalan asap beracun. Aku tahu susahnya dan aku tahu
lelahnya. Meskipun kesusahan itu mengikutimu, kau tetap memberi apa yang aku
butuhkan, tetapi kadang aku menuntut apa yang aku inginkan.
Aku mempunyai banyak cita-cita, tetapi
cita-citamu jauh lebih banyak. Aku menuntut ini itu dan kau tidak menuntut
satupun dariku. Aku tahu, semua apa yang kau inginkan sudah kau bisikkan pada
Tuhan. Apa yang kau butuhkan sudah kau tuntut dari Tuhan. Lalu, Dia sampaikan
padaku dan aku seakan mendengar satu keinginanmu yang tidak pernah kau katakan,
karena kau ragu itu hanya keinginan yang tidak mungkin kau dapat.
Tenang saja, aku mendengarnya, aku
merasakannya, dan aku berusaha untuk mewujudkannya. Untukmu, untukkmu, untuk kalian.[]Prav
Prajna Vita_
Jakarta,
22 Maret 2016
20.51
Komentar
Posting Komentar