Langsung ke konten utama

Berdialog dengan Tuhan

Photo: Prajna Vita

MASA kecilku, aku selalu menunggu kepulanganmu. Bukan untuk menuntut sesuatu, tetapi sekadar ingin melihatmu, cukup, itu saja. Kala itu, aku tidak tahu apa yang kau lakukan di luar sana, yang aku tahu, kau pulang dan tersenyum ketika sudah melihatku, terkadang menciumku dan aku hanya menggeliat geli. Momen itulah yang selalu aku rindukan, di mana otot-otot lenganmu belum terlihat dan kulit tanganmu belum mengeriput.

Sekarang, kadang aku lalai menunggu kepulanganmu hanya karena perkara kesibukan dalam duniaku saja. Aku tahu apa yang kau kerjakan di luar sana. Menghadapi ribuan manusia dengan jalanan ibu kota. Bersahabat dengan gumpalan asap beracun. Aku tahu susahnya dan aku tahu lelahnya. Meskipun kesusahan itu mengikutimu, kau tetap memberi apa yang aku butuhkan, tetapi kadang aku menuntut apa yang aku inginkan.

Aku mempunyai banyak cita-cita, tetapi cita-citamu jauh lebih banyak. Aku menuntut ini itu dan kau tidak menuntut satupun dariku. Aku tahu, semua apa yang kau inginkan sudah kau bisikkan pada Tuhan. Apa yang kau butuhkan sudah kau tuntut dari Tuhan. Lalu, Dia sampaikan padaku dan aku seakan mendengar satu keinginanmu yang tidak pernah kau katakan, karena kau ragu itu hanya keinginan yang tidak mungkin kau dapat.

Tenang saja, aku mendengarnya, aku merasakannya, dan aku berusaha untuk mewujudkannya. Untukmu, untukkmu, untuk kalian.[]Prav


Prajna Vita_

Jakarta, 22 Maret 2016


20.51

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Salah Masuk Labirin

LEPASKAN rasa ini dan fokus pada tujuanku. Hilangkan rasa ini dan anggap seperti kau dan aku teman. Aku berusaha sewajarnya, tetapi kau memancingku dengan semua yang aku suka. Musik, gambar, typografi, photo, dan coffee . Lebih jauh mengenalmu membuatku takut. Aku takut kehilanganmu sebagai teman diskusi, sebagai teman yang membantuku untuk melatih kemampuanku mengenal kopi. Kemampuan membuat lidah lebih peka dengan citarasa kopi dan kemampuan untuk kembali menulis. [Jkt, 25/10’15 : 21.08] Aku merasa yang aku alami selama ini ialah sebuah mimpi. Semua hal-hal menakjubkan datang begitu saja. Semua ini berpengaruh positif pada diriku. Ketika berimajinasi mengenai kisah ajaib, aku menanyakan pada diri sendiri. Apakah aku sedang koma? Lalu, hal-hal yang terjadi selama ini ialah mimpi di dalam komaku. Jika, ya, aku yakin akan menyesal ketika sadar. Namun, jika aku ditakdirkan untuk bangun lagi, aku pasti akan mengingat kisah mengesankan itu dan akan mempunyai semangat hidup yang l...

Resensi: Catatan Juang, Membuat Seseorang Berani Bertindak

Photo by Prajna Vita Judul: Catatan Juang Penulis: Fiersa Besari Penerbit: Media Kita Cetakan: Pertama, 2017 Tebal: vi + 306 hal ISBN: 978-797-794-549-7 “Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya”, tertanda Juang. PERNAH terinspirasi dari seseorang? Inspirasi bisa datang dari mana saja. Dari orang, film, karya seni, hal-hal sekitar, lagu, musik, atau bahkan tulisan. Namun, bagaimana jika terinspirasi dari sebuah barang kepunyaan seseorang yang belum dikenal dan mampu mengubah dunia? Apakah itu sebuah Konspirasi Alam Semesta? Ya, karena semesta yang mendukung apa yang akan terjadi. Seperti halnya, semesta akan membawamu pada zona nyaman atau tidak, begitupun sebaliknya, akan membawamu keluar dari zona nyaman atau tidak. Kita juga tidak pernah salah keluar dari zona nyaman apabila semesta mendukung. Setiap konspirasi mungkin akan menyulitnya dan kau sendirilah yang akan tahu seberapa besar kau bisa menggapainya....

Perjalanan dalam Misi Mencicipi Kuliner Lokal dan Bagaimana Kuliner Mendominasi Kehidupan

Aruna & Lidahnya Laksmi Pamuntjak Gramedia November 2014 (Cetakan Pertama) 432 Halaman 978-602-03-0852-4 Rp 78.000,- Sebuah novel tentang makanan, perjalanan, dan konspirasi. Laksmi Pamuntjak mampu menyuguhkan karya fiksi yang mengaitkan kuliner dengan konsep kehidupan. Dalam kasus flu unggas yang terjadi secara serentak di delapan kota di Indonesia, Aruna yang bekerja sebagai konsultan epidemiologi atau disebut “Ahli Wabah” ditugaskan melakukan penelitian. Dalam kesempatan penelitian itu Aruna bersama dua karibnya, Bono dan Nadezhda yang terobsesi terhadap makanan memanfaatkan perjalanannya untuk menikmati kuliner lokal. Dalam misi pencicipan cita rasa makanan bukan hanya mengetahui makanan secara umum, tetapi bagaimana makanan telah mendominasi kehidupan. Konsep kehidupan seperti realita sosial, politik, agama, dan sejarah yang tak hanya berkaitan dengan kolusi, korupsi, konspirasi, dan misinformasi, tetapi juga menyatukan cinta dan pertemanan. Cara...