Langsung ke konten utama

Menangislah Sebenar-benarnya

Photo by, Prajna Farravita

Menangis dan keluarkanlah air mata yang sebenar-benarnya~

Percaya atau tidak bahwa hidayah diperuntukkan kepada orang-orang pilihan. Datangnya dari berbagai sudut yang tidak terduga. Tinggal bagaimana panca indra dan perasaan serta akal dan pikiran menanggapinya.

Hidayah itu datang dari seseorang yang menahan tangisnya ketika mengutarakan bagaimana Tuhan (Allah) merupakan Dzat Yang Maha Menerima Taubat.--Bahan materi itu terdapat di dalam Asmaul Khusnah poin ke-80, “Attaubat”.

Laki-laki ‘tak boleh menangis? Lalu bagaimana jika laki-laki itu menangis karena melihat dirinya sendiri terhadap Tuhan (Allah). Orang melihatnya sudah taat, padahal di hadapan Allah belum, meskipun taat itu tunduk tanpa syarat. Apabila tangisan itu ialah tangisan yang dikeluarkan oleh sebenar-benarnya, mengapa tidak?

Kala itu, malam selepas hujan dan aroma rumput basah masih tercium. Ia tampil berbeda menurutku. Segalanya serba putih termasuk kopyah putih yang tidak biasa dikenakan. Malam itu ia mengenakannya. Ia mengutarakan banyak mengenai sifat-sifat Allah yang ada di dalam Asmaul Khusnah. Pada poin ke-80 yang berbunyi “Attaubat”.

Sesungguhnya (Allah) Yang Maha Luhur tidak pernah menolak orang yang datang pada-Nya dalam keadaan bertaubat walaupun dosanya sampai pada penjuru langit dan sepenuh bumi, Allah menerima taubat di dalam pandangan kemurkaan-Nya. Sesungguhnya rahmat Allah Yang Maha Luhur mendahului (Rahmat) pada murkanya, Allah tidak menyiksa orang-orang setelah bertaubat,” [Sarakh Asmaul Khusnah:80].

Suaranya terdengar tertahan tetapi masih ia lanjutkan apa yang ingin ia utarakan. Suara sekeliling masih berisik dengan obrolan lirih orang-orang. Ia lanjutkan hingga suaranya semakin tertahan. Lalu ia terdiam dan hening seketika.--Aku tahu tenggorokkanmu terasa sakit karena kau akan meluapkan tangisanmu itu hanya di hadapan Tuhan, bukan? Nanti, ketika kau memilih waktu sepertiga malam agar lebih dekat dengan-Nya.—Ia segera mengambil gelas berisi air putih di hadapannya untuk menyembunyikan gelagatnya dan menghilangkan suaranya yang bergetar.

***

Itulah mengapa manusia memiliki dua mata, dua telinga, dan satu mulut? Kita diminta untuk lebih banyak melihat dan mendengar daripada berbicara. Itu mengapa “Apabila ‘tak bisa berbicara baik maka diamlah”

Bersyukurlah yang masih mampu mendengar panggilan-Nya lima kali dalam sehari semalam. Mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan oleh para mubaligh/mubalighot dengan merdunya.

Photo by, Denz Travolta24

Bersyukurlah yang masih mampu melihat mentari terbit dari ufuk timur. Tuhan memberikan kita mata beserta air matanya memiliki maksud tertentu. Keluarkanlah air mata itu dengan sebenar-benarnya.[]Prav


Prajna Vita
Jakarta, 22 Oktober 2016

11.32

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Salah Masuk Labirin

LEPASKAN rasa ini dan fokus pada tujuanku. Hilangkan rasa ini dan anggap seperti kau dan aku teman. Aku berusaha sewajarnya, tetapi kau memancingku dengan semua yang aku suka. Musik, gambar, typografi, photo, dan coffee . Lebih jauh mengenalmu membuatku takut. Aku takut kehilanganmu sebagai teman diskusi, sebagai teman yang membantuku untuk melatih kemampuanku mengenal kopi. Kemampuan membuat lidah lebih peka dengan citarasa kopi dan kemampuan untuk kembali menulis. [Jkt, 25/10’15 : 21.08] Aku merasa yang aku alami selama ini ialah sebuah mimpi. Semua hal-hal menakjubkan datang begitu saja. Semua ini berpengaruh positif pada diriku. Ketika berimajinasi mengenai kisah ajaib, aku menanyakan pada diri sendiri. Apakah aku sedang koma? Lalu, hal-hal yang terjadi selama ini ialah mimpi di dalam komaku. Jika, ya, aku yakin akan menyesal ketika sadar. Namun, jika aku ditakdirkan untuk bangun lagi, aku pasti akan mengingat kisah mengesankan itu dan akan mempunyai semangat hidup yang l...

Resensi: Catatan Juang, Membuat Seseorang Berani Bertindak

Photo by Prajna Vita Judul: Catatan Juang Penulis: Fiersa Besari Penerbit: Media Kita Cetakan: Pertama, 2017 Tebal: vi + 306 hal ISBN: 978-797-794-549-7 “Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya”, tertanda Juang. PERNAH terinspirasi dari seseorang? Inspirasi bisa datang dari mana saja. Dari orang, film, karya seni, hal-hal sekitar, lagu, musik, atau bahkan tulisan. Namun, bagaimana jika terinspirasi dari sebuah barang kepunyaan seseorang yang belum dikenal dan mampu mengubah dunia? Apakah itu sebuah Konspirasi Alam Semesta? Ya, karena semesta yang mendukung apa yang akan terjadi. Seperti halnya, semesta akan membawamu pada zona nyaman atau tidak, begitupun sebaliknya, akan membawamu keluar dari zona nyaman atau tidak. Kita juga tidak pernah salah keluar dari zona nyaman apabila semesta mendukung. Setiap konspirasi mungkin akan menyulitnya dan kau sendirilah yang akan tahu seberapa besar kau bisa menggapainya....

Perjalanan dalam Misi Mencicipi Kuliner Lokal dan Bagaimana Kuliner Mendominasi Kehidupan

Aruna & Lidahnya Laksmi Pamuntjak Gramedia November 2014 (Cetakan Pertama) 432 Halaman 978-602-03-0852-4 Rp 78.000,- Sebuah novel tentang makanan, perjalanan, dan konspirasi. Laksmi Pamuntjak mampu menyuguhkan karya fiksi yang mengaitkan kuliner dengan konsep kehidupan. Dalam kasus flu unggas yang terjadi secara serentak di delapan kota di Indonesia, Aruna yang bekerja sebagai konsultan epidemiologi atau disebut “Ahli Wabah” ditugaskan melakukan penelitian. Dalam kesempatan penelitian itu Aruna bersama dua karibnya, Bono dan Nadezhda yang terobsesi terhadap makanan memanfaatkan perjalanannya untuk menikmati kuliner lokal. Dalam misi pencicipan cita rasa makanan bukan hanya mengetahui makanan secara umum, tetapi bagaimana makanan telah mendominasi kehidupan. Konsep kehidupan seperti realita sosial, politik, agama, dan sejarah yang tak hanya berkaitan dengan kolusi, korupsi, konspirasi, dan misinformasi, tetapi juga menyatukan cinta dan pertemanan. Cara...