Langsung ke konten utama

Apa Kata yang Tepat untuk Berterimakasih Kepada Waktu?

Photo by, Prajna Farravita
Located, Indrayanti Beach

Salah satu rezeki yang bernilai tinggi ialah ketika Allah menempatkan kita di sekitar orang-orang baik~

Kita terlahir dari latar belakang yang berbeda. Pengaruh yang didatangkan juga berbeda. Kita juga tidak dapat memilih di mana kita dilahirkan. Dari orang tua mana kita dididik. Bagaimana kedudukan kita di dunia, khususnya di mata manusia dengan manusia lain.
Kita juga tidak pernah bisa menyalahkan takdir atau menghakimi Tuhan (Allah). Aku maunya begini dan aku inginnya seperti itu. Waktu telah menentukan seperti apa baiknya kita.

Kita bertemu dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda, memiliki bentuk fisik yang berbeda, memiliki materiil yang berbeda, berasal dari suku yang berbeda, memiliki kepribadian yang berbeda, memiliki sikap yang berbeda, memiliki sudut pandang yang berbeda, bahkan memiliki pemikiran yang berbeda.

--Tidak ada yang kebetulan di dunia ini—

Segalanya telah diatur dengan ketepatan seratus persen tanpa kurang tanpa lebih. Apakah kita mampu menyalahkan waktu? Tidak bisa dan tidak akan pernah bisa. Tuhan (Allah) telah memberikan rezeki dan nikmat yang luar biasa banyak jika kita mau berpikir.

--Untuk apa memikirkan hal-hal yang tak perlu dipikirkan—

Bukankah Tuhan (Allah) juga memberikan akal agar kita memikirkan segala hal di dunia ini, meski hal kecil sekalipun? Itu karena segalanya ialah rezeki dari-Nya.

Kita ditempatkan di sekitar orang-orang baik juga perlu dipikirkan. Memikirkan betapa baiknya DIA telah menolong kita dan memberikan hidayah. Lalu, kata apa yang tepat untuk berterimakasih kepada waktu? ‘Bersyukur’ menjadi kata yang sangat tepat karena DIA-lah yang telah memberikannya pada orang-orang yang tidak sembarangan.[]Prav



Prajna Vita
Jakarta, 26 November 2016

17.54

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Salah Masuk Labirin

LEPASKAN rasa ini dan fokus pada tujuanku. Hilangkan rasa ini dan anggap seperti kau dan aku teman. Aku berusaha sewajarnya, tetapi kau memancingku dengan semua yang aku suka. Musik, gambar, typografi, photo, dan coffee . Lebih jauh mengenalmu membuatku takut. Aku takut kehilanganmu sebagai teman diskusi, sebagai teman yang membantuku untuk melatih kemampuanku mengenal kopi. Kemampuan membuat lidah lebih peka dengan citarasa kopi dan kemampuan untuk kembali menulis. [Jkt, 25/10’15 : 21.08] Aku merasa yang aku alami selama ini ialah sebuah mimpi. Semua hal-hal menakjubkan datang begitu saja. Semua ini berpengaruh positif pada diriku. Ketika berimajinasi mengenai kisah ajaib, aku menanyakan pada diri sendiri. Apakah aku sedang koma? Lalu, hal-hal yang terjadi selama ini ialah mimpi di dalam komaku. Jika, ya, aku yakin akan menyesal ketika sadar. Namun, jika aku ditakdirkan untuk bangun lagi, aku pasti akan mengingat kisah mengesankan itu dan akan mempunyai semangat hidup yang l...

Resensi: Catatan Juang, Membuat Seseorang Berani Bertindak

Photo by Prajna Vita Judul: Catatan Juang Penulis: Fiersa Besari Penerbit: Media Kita Cetakan: Pertama, 2017 Tebal: vi + 306 hal ISBN: 978-797-794-549-7 “Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya”, tertanda Juang. PERNAH terinspirasi dari seseorang? Inspirasi bisa datang dari mana saja. Dari orang, film, karya seni, hal-hal sekitar, lagu, musik, atau bahkan tulisan. Namun, bagaimana jika terinspirasi dari sebuah barang kepunyaan seseorang yang belum dikenal dan mampu mengubah dunia? Apakah itu sebuah Konspirasi Alam Semesta? Ya, karena semesta yang mendukung apa yang akan terjadi. Seperti halnya, semesta akan membawamu pada zona nyaman atau tidak, begitupun sebaliknya, akan membawamu keluar dari zona nyaman atau tidak. Kita juga tidak pernah salah keluar dari zona nyaman apabila semesta mendukung. Setiap konspirasi mungkin akan menyulitnya dan kau sendirilah yang akan tahu seberapa besar kau bisa menggapainya....

Perjalanan dalam Misi Mencicipi Kuliner Lokal dan Bagaimana Kuliner Mendominasi Kehidupan

Aruna & Lidahnya Laksmi Pamuntjak Gramedia November 2014 (Cetakan Pertama) 432 Halaman 978-602-03-0852-4 Rp 78.000,- Sebuah novel tentang makanan, perjalanan, dan konspirasi. Laksmi Pamuntjak mampu menyuguhkan karya fiksi yang mengaitkan kuliner dengan konsep kehidupan. Dalam kasus flu unggas yang terjadi secara serentak di delapan kota di Indonesia, Aruna yang bekerja sebagai konsultan epidemiologi atau disebut “Ahli Wabah” ditugaskan melakukan penelitian. Dalam kesempatan penelitian itu Aruna bersama dua karibnya, Bono dan Nadezhda yang terobsesi terhadap makanan memanfaatkan perjalanannya untuk menikmati kuliner lokal. Dalam misi pencicipan cita rasa makanan bukan hanya mengetahui makanan secara umum, tetapi bagaimana makanan telah mendominasi kehidupan. Konsep kehidupan seperti realita sosial, politik, agama, dan sejarah yang tak hanya berkaitan dengan kolusi, korupsi, konspirasi, dan misinformasi, tetapi juga menyatukan cinta dan pertemanan. Cara...