![]() |
Photo by, Prajna Farravita |
Terkadang aku kesulitan memahami diriku sendiri. Terkadang aku juga terjebak di dalam duniaku sendiri. Dunia yang kubangun sendiri lalu kuhancurkan sendiri.
Terkadang aku ingin menghakami waktu tetapi aku tidak tahu kata yang tepat.
Terkadang aku juga ingin mengacak-acak jaring di atas jaringku tetapi aku takut tidak tahu akan mulai lagi darimana.
Katanya, aku memerlukan penyeimbang. Aku pernah menemukannya tetapi aku meninggalkannya. Ya, karena ia tidak pernah mengakui ke-ada-anku. Aku seperti bayang-bayang yang numpang lewat di tengah malam. Aku hanya memiliki diriku yang mampu berdiri sendiri di tengah malam dengan ditemani lampu neon. Aku hanya memiliki pemikiranku yang belum menemukan tong sampah untuk aku membuangnya satu persatu. Aku hanya memiliki rumus rubik yang kuterapkan sendiri lalu ku acak-acak sendiri. Aku bukan seperti ampas kopi yang mampu meninggalkan rindu.
Aku tidak pandai mengatakan apa yang ingin aku katakan. Biarlah aku diam di dalam duniaku sendiri. Setidaknya aku sudah menemukan jati diriku sebagai arah ke mana aku harus melangkah dengan tetap menjadi diriku sendiri.[]Prav
Prajna Vita
Jakarta, 26 November 2016
18.43
Komentar
Posting Komentar