“Kopiku tumpah, membasahi semua lembar catatanku”
Aku teringat sedikit, sebelumnya, entah aku melihat atau aku merasakan ada kehadiran Sang Barista itu. Jauh sekali, amat jauh sekali aku bisa melihat dan merasakannya.
Aku sendiri. Aku merasakan bahwa diriku hanya berdiri sendiri. Kemudian aku duduk pada sebuah kursi dan di meja itu terdapat buku catatan keseharianku terbuka yang didampingi dengan pena dan secangkir kopi.
Dari tempatku berada aku masih mampu merasakan keberadaannya jauh di sana. Melihatnya, dan entah aku menulis sesuatu pada buku itu atau tidak. Lalu, dengan tiba-tiba cangkir itu terguling dan mengeluarkan semua isinya. Menyiram semua lembar catatanku hingga menimbulkan bercak hitam yang tidak akan pernah hilang. Refleks aku berdiri dan melihat semua cairan itu memenuhi kertas yang sudah berlembar-lembar aku tulis.
Seketika itu, bayangan sosok penyadur kopi hilang begitu saja. Aku tidak tahu ia pergi ke mana dan aku tidak lagi merasa ada kebaradaannya. Aku lemas memandangi tumpahan kopi yang aku sendiri pun tidak tahu karena apa.
Aku terbangun ketika senja sudah mulai tampak. Aku tak tahu apa arti mimpi siang bolong menjelang senja ini. Hawa sejuk mendung dan aroma kopi seketika menyerang otakku. Membuatku mengambil kopi itu lalu beradu dengan jariku yang semakin lama semakin cepat untuk mengungkapkan semua apa yang kurasakan.[]Prav
Komentar
Posting Komentar