Langsung ke konten utama

Dilan 1990: Gombalan Receh Dia Adalah Dilanku Tahun 1990



Perempuan yang awalnya ingin menjadi idaman Fahri, kini ingin menjadi pujaan Dilan. Tidak dipungkiri bahwa cara Dilan mengejar perempuan menjadi perbincangan di dunia pencinta film. Apalagi bagi yang sudah mengkhatamkan buku karangan Pidi Baiq ini. Dipastikan sudah hafal dialog-dialog Dilan yang kata anak zaman sekarang ialah gombalan receh.

Film yang dibintangi Iqbaal Ramadhan (sebagai Dilan) dan Vanesha Prescilla (sebagai Milea) ini mampu menjaring puluhan ribu penonton dalam sekejab. Meskipun awalnya netizen meragukan akting Iqbaal, tetapi ia sukses memerankan sosok Dilan. Karakter dan tingkah laku Dilan yang celengean, cuek, berandal, urakan, nakal, pembuat onar, ncleneh, dan pembuat ulah di sekolah mampu Iqbaal perankan dengan sempurna dan ini menjadi pembuktian profesionalismenya. Film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi ini berhasil menyulap Iqbaal menjadi sosok Dilan 1990. Hal ini juga berkat sang Ayah Pidi Baiq yang ikut menyutradarainya. Dan, membuat banyak perempuan menginginkan pacar mereka seperti Dilan.

Bisa dikatakan film adaptasi dari Dilan 1990 ini setia dengan novel karena hampir sebagian besar dialognya sama. Penulis skenario, Titien Wattimena mungkin ingin lebih fokus menampilkan cara Dilan mendapatkan Milea dengan hal-hal aneh dan lucu. Hal ini cukup membuat para penonton tertawa dengan setiap adegan dan gombalan kocak Dilan. Banyak penonton di depan, di belakang, di kanan, dan di kiri saya menyenggol pacarnya ketika gombalan Dilan kepada Milea muncul.  Kata-kata ajaib Dilan cukup sukses tersebar di dalam kehidupan sehari-hari, terutama anak-anak remaja masa kini.

Meskipun Iqbaal sudah sukses memerankan sosok Dilan, tetapi ada hal yang membuat film tersebut terasa janggal. Pertama, riasan make up pemeran wanita, termasuk Milea terlalu berlebihan sehingga tidak cocok untuk remaja tahun 1990-an. Milea, Wati, dan pemeran wanita lainnya terlalu tampil modern dan masih terlihat unsur tahun 2018. Hal ini terlihat jelas pada rambut Wati yang mengikuti zaman 2018. Namun, untuk pemeran Bunda dan ibu Milea make up dan penampilannya sudah cocok seperti tahun 90-an.

Kedua, potongan adegan terlalu kasar. Inilah yang membuat film terasa melompat terlalu jauh. Saya akui memang sulit mengadaptasi naskah novel menjadi bentuk visual. Mungkin terlalu fokusnya ingin menampilkan dialog-dialog receh Dilan membuat perpindahan adegan menjadi kasar. Memang tidak sepenuhnya yang ada di dalam novel bisa dimasukkan dalam bentuk visual. Pidi Baiq pun harus rela beberapa adegan dipotong karena keterbatasan durasi. Meskipun demikian, Dilan 1990 mampu menciptakan sosok Dilan sebagai Panglima Tempur yang lembut dan masih memiliki jiwa kasih sayang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Salah Masuk Labirin

LEPASKAN rasa ini dan fokus pada tujuanku. Hilangkan rasa ini dan anggap seperti kau dan aku teman. Aku berusaha sewajarnya, tetapi kau memancingku dengan semua yang aku suka. Musik, gambar, typografi, photo, dan coffee . Lebih jauh mengenalmu membuatku takut. Aku takut kehilanganmu sebagai teman diskusi, sebagai teman yang membantuku untuk melatih kemampuanku mengenal kopi. Kemampuan membuat lidah lebih peka dengan citarasa kopi dan kemampuan untuk kembali menulis. [Jkt, 25/10’15 : 21.08] Aku merasa yang aku alami selama ini ialah sebuah mimpi. Semua hal-hal menakjubkan datang begitu saja. Semua ini berpengaruh positif pada diriku. Ketika berimajinasi mengenai kisah ajaib, aku menanyakan pada diri sendiri. Apakah aku sedang koma? Lalu, hal-hal yang terjadi selama ini ialah mimpi di dalam komaku. Jika, ya, aku yakin akan menyesal ketika sadar. Namun, jika aku ditakdirkan untuk bangun lagi, aku pasti akan mengingat kisah mengesankan itu dan akan mempunyai semangat hidup yang l...

Resensi: Catatan Juang, Membuat Seseorang Berani Bertindak

Photo by Prajna Vita Judul: Catatan Juang Penulis: Fiersa Besari Penerbit: Media Kita Cetakan: Pertama, 2017 Tebal: vi + 306 hal ISBN: 978-797-794-549-7 “Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya”, tertanda Juang. PERNAH terinspirasi dari seseorang? Inspirasi bisa datang dari mana saja. Dari orang, film, karya seni, hal-hal sekitar, lagu, musik, atau bahkan tulisan. Namun, bagaimana jika terinspirasi dari sebuah barang kepunyaan seseorang yang belum dikenal dan mampu mengubah dunia? Apakah itu sebuah Konspirasi Alam Semesta? Ya, karena semesta yang mendukung apa yang akan terjadi. Seperti halnya, semesta akan membawamu pada zona nyaman atau tidak, begitupun sebaliknya, akan membawamu keluar dari zona nyaman atau tidak. Kita juga tidak pernah salah keluar dari zona nyaman apabila semesta mendukung. Setiap konspirasi mungkin akan menyulitnya dan kau sendirilah yang akan tahu seberapa besar kau bisa menggapainya....

Perjalanan dalam Misi Mencicipi Kuliner Lokal dan Bagaimana Kuliner Mendominasi Kehidupan

Aruna & Lidahnya Laksmi Pamuntjak Gramedia November 2014 (Cetakan Pertama) 432 Halaman 978-602-03-0852-4 Rp 78.000,- Sebuah novel tentang makanan, perjalanan, dan konspirasi. Laksmi Pamuntjak mampu menyuguhkan karya fiksi yang mengaitkan kuliner dengan konsep kehidupan. Dalam kasus flu unggas yang terjadi secara serentak di delapan kota di Indonesia, Aruna yang bekerja sebagai konsultan epidemiologi atau disebut “Ahli Wabah” ditugaskan melakukan penelitian. Dalam kesempatan penelitian itu Aruna bersama dua karibnya, Bono dan Nadezhda yang terobsesi terhadap makanan memanfaatkan perjalanannya untuk menikmati kuliner lokal. Dalam misi pencicipan cita rasa makanan bukan hanya mengetahui makanan secara umum, tetapi bagaimana makanan telah mendominasi kehidupan. Konsep kehidupan seperti realita sosial, politik, agama, dan sejarah yang tak hanya berkaitan dengan kolusi, korupsi, konspirasi, dan misinformasi, tetapi juga menyatukan cinta dan pertemanan. Cara...