Langsung ke konten utama

Resensi: Catatan Juang, Membuat Seseorang Berani Bertindak

Photo by Prajna Vita


Judul: Catatan Juang
Penulis: Fiersa Besari
Penerbit: Media Kita
Cetakan: Pertama, 2017
Tebal: vi + 306 hal
ISBN: 978-797-794-549-7

“Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya”, tertanda Juang.

PERNAH terinspirasi dari seseorang? Inspirasi bisa datang dari mana saja. Dari orang, film, karya seni, hal-hal sekitar, lagu, musik, atau bahkan tulisan. Namun, bagaimana jika terinspirasi dari sebuah barang kepunyaan seseorang yang belum dikenal dan mampu mengubah dunia? Apakah itu sebuah Konspirasi Alam Semesta? Ya, karena semesta yang mendukung apa yang akan terjadi. Seperti halnya, semesta akan membawamu pada zona nyaman atau tidak, begitupun sebaliknya, akan membawamu keluar dari zona nyaman atau tidak.

Kita juga tidak pernah salah keluar dari zona nyaman apabila semesta mendukung. Setiap konspirasi mungkin akan menyulitnya dan kau sendirilah yang akan tahu seberapa besar kau bisa menggapainya. Seperti yang dialami Suar yang hidupnya harus mengambil keputusan keluar dari zona nyaman. Apakah ia menderita setelah itu? Tidak, karena ia tahu apa yang harus ia lakukan. Hidupnya bukan melulu soal jabatan, tetapi bagaimana menunjukkan pada dunia bahwa di dunia ini masih ada hal-hal tersembunyi yang perlu diketahui. Melalui Catatan Juang-lah ia bisa melangkah keluar dari zona nyaman. Daya pikirnya berubah drastis ketika Catatan Juang berada di tangannya. Buku lusuh bersampul merah seperti menjadi ‘obat kuat’ sang wanita yang terus mencari jati dirinya.
Melalui catatan demi catatan ia mampu menduduki sutradara berbakat yang awal mulanya menjadi agen asuransi di salah satu bank swasta di Jakarta. ‘Obat kuat’ itu membawanya pada dunia ia yang sebenarnya. Sineas menjadi profesi impiannya, tetapi karena tanggungan keluarga lebih besar, akhirnya ia merelakan impian itu kandas sementara. Berkat Catatan Juang ia mampu kembali dan meninggalkan pekerjaan yang sudah mapat tersebut.

Tampaknya, konspirasi alam semesta bermain di sini. Lewat kata demi kata mambuat Suar berani mengambil langkah. Apakah Juang bisa ditemukan untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ingin Suar ajukan? Suar ingin minta maaf telah membaca sekaligus berterima kasih. Hal-hal kecil yang mampu memekakan indranya membuat ia tahu bahwa catatan tersebut tidak pernah lepas dari tangannya.

Fiersa Besari mampu menyampaikan ceritanya dengan apik dan diselipi diksi indah. Melalui catatan yang ia sampaikan membuat pembaca mampu memperbaiki mindset-nya. Desain sampul pilihannya tepat dengan judul yang tertera. Unik dengan sampul kuno yang kertasnya sudah berwarna coklat. Bercak-bercak lipatan menambah aksen buku lebih klasik. Pemilihan jenis font untuk cover juga menggunakan jenis tulisan tangan, sehingga bisa mendukung judul novel tersebut. Tak dipungkiri bahwa sajiannya cukup berani, tetapi menjual.

Apabila tampilan bagian luar buku sudah bagus dan mendukung, untuk bagian dalam buku layout-nya juga sudah sesuai dengan pembahasan yang diangkat. Isi catatan Juang sudah tepat karena dibedakan dengan italic, sehingga tidak membingungkan pembaca. Di sisi lain, ada tampilan yang mengganjal pada halaman 221 karena terdapat satu kata dalam satu baris di bagian awal halaman. Hal ini cukup menganggu pembaca ketika sedang menikmati alur cerita, tetapi tidak begitu krusial.


baca juga:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coffee Time: Sebuah Rasa

Photo by, Prajna Farravita Kata apa yang tepat untuk menerjemahkan kompleksitas rasa? Bukan perasaan, tetapi rasa kopi. Bukankah keduanya juga berhubungan? Oh iya, memang keduanya berhubungan sangat erat. Pernah disinggung bahwa kopi perihal candu yang bikin rindu. Ya, rasa kopi memang mencandu dan merindukan. Merindukan pada momen tentunya. Rasa pada sebuah kopi tidak bisa terdeteksi tanpa ada perasaan. Perasaanlah yang mampu menerjemahkan rasa kopi. Terkadang perasaan juga mampu menerjemahkan rasa selain kopi. Rasa rindu. Bisa jadi rindu terhadap kenangan. Saat ini, yang kutahu hidupku berubah. Sebuah rasa yang dulu memang sudah berlalu, tetapi belum sepenuhnya hilang. Pada sebuah labirin itu aku berkutik mencari celah untuk keluar. Ya, aku memang bisa. Lalu, labirin itu kutinggalkan karena aku tidak mau menjadi konflik pada kebahagiaan orang yang pernah kusayangi. Sebuah rasa itu pertama kali kupunyai dan pertama kali pula membuatku kecewa. Aku jatuh sejatuh-jatuhnya tanp

Tidak Mempunyai Rencana Menetap di Satu Kota, Sewa Rumah Menjadi Pilihan

Anda seorang profesional muda? Pasti masih menginginkan pengembangkan kemampuan yang lebih tinggi lagi. Perpindahan dari satu kota ke kota lain kerap terbesit. Mencari pengalaman ke daerah lain memang cara terbaik agar mendapat apa yang diinginkan. Apalagi untuk seseorang yang harus berpindah ke luar negeri untuk melanjutkan studi atau bekerja. Perlu diketahui juga, bahwa berpindah dari satu kota ke kota lain atau dari satu negara ke negara lain bukan hanya mendapatkan pengalaman, tetapi menemukan beragam kehidupan lain. Apabila Anda mempunyai perencanaan seperti itu, lalu bagaimana Anda tinggal di daerah pilihan Anda? Tidak dipungkiri, setiap orang menginginkan tempat tinggal tetap untuk masa depan. Perencanaan tersebut merupakan salah satu nilai kemapanan dalam kehidupan mendatang. Namun, jika Anda seorang profesional muda dan tidak berencana menetap di suatu daerah serta menginginkan pengalaman yang terus baru, pasti tidak mempunyai perencanaan matang untuk investasi berupa ruma

Berbisik pada Bumi Agar Didengar Oleh Langit

Aku tidak tahu mengapa aku ingin membisikkan pada bumi agar didengar oleh langit.   Mungkin, pada hari itu aku sedikit takut membicarakan langsung pada langit. Maka, kubisikkan ke bumi terlebih dahulu, agar langit tahu perlahan. Aku tidak ingin kebahagiaan ini aku rasakan sendiri. Aku ingin berterima kasih pada-Nya melalui celah-celah indra yang kurasakan ketika aku mengingat-Nya. Melalui hujan yang menyapa bumi, aku bisikkan pada titik air hujan yang menempel pada kaca agar disampaikan ke bumi. Bahwa, aku di sini, yang terus meminta, agar aku menjadi orang yang dicari oleh orang yang aku cari. Pada tanggal satu yang dikuti empat, pada dua belas bulan dalam setahun berhenti di angka dua, pada tahun dua kosong satu enam, dan pada waktu sepertiga malam, tulisan itu mengalir pada senja, pukul tujuh belas di menit ke lima, satu prosa mengalir saat ditemani sapaan langit terhadap bumi.  Aku telah menemukan hamba-Nya yang membuatku lebih dekat dengan-Nya, hamba-Nya yang menyadarka